Selasa, 25 Juli 2017

SEDETIK RINDU




Duhai hari-hari kerinduan
Tengoklah mata hati ini dengan rasa
Rasakan setiap nadi berdetak
Terbenam rindu yang kau biarkan bersemayam
Mengalir liar dalam jiwa keheningan

Kau gadis berbulan senja semesta
Kemarilah...
Seberapa abadi akan kau persembahkan cintamu
Bila semesta hanya menitip sementara
Tentang bayang pudar terlanjur jatuh dalam jiwa
Kini menjadi simpul rasa saling mengikat
Antara kau dan aku yang berbeda
Di sudut alam tanpa benua, di negeri itu
Negeri kemesraan kita, negeri bulan senja

Tak sedetikpun rindu ini terlewatkan
Kau terus memupukinya dengan rasa
Rasa yang tak sanggup aku defenisikan
Mengalir seadanya bagai jarum jam
Menjadikanku ada, ada yang yang benar-benar hidup

Waktu selalu menyediakan ruang
Ruang kehampaan, hanya ada angan dan pikiran
Tentang kamu yang aku perjuangkan dalam rindu
Mengisi titik-titik ruang kosong
Menjadi gambar serupa garis wajahmu
Yang abadi dalam angan dan kehidupanku

Kau yang kusebut senja bermata jingga
Jangan lewatkan detik untuk tidak merindu
Karena waktuku senantiasa cukup mendambakanmu
Jangan ganggu rindu ini karena bagiku adalah anugerah
Sebab bosan adalah sesat yang harus ditinggalkan
Sementara kamu adalah ruang dan waktu itu

Jika semesta menulis pada kertas putih
Ijinkan aku meminjam namamu tertulis awal
Menceritakan semua kisah kasihmu
Dan akan kuakhiri dengan cinta tanpa syarat
Lalu semesta membubukan tanda restu lambang abadi
Kau dan aku di setiap detik ada rindu dan cinta

Kutulis ini tepat di halaman kamu bermain sepeda kala itu
Kala itu kau tinggal di kota ini sewaktu kecil
Mungkinkah, aku sekedar mengingatkan
Bahwa akan ada seseorang yang akan menulis
Tentang kamu yang pernah hidup di suatu masa
Dan aku, mungkin suatu saat nanti....
Dapat menjadi tinta kehidupanmu. Amin

Waikabubak, 26 Juli 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar