Duhai hari-hari
kerinduan
Tengoklah mata
hati ini dengan rasa
Rasakan setiap
nadi berdetak
Terbenam
rindu yang kau biarkan bersemayam
Mengalir
liar dalam jiwa keheningan
Kau gadis
berbulan senja semesta
Kemarilah...
Seberapa abadi
akan kau persembahkan cintamu
Bila semesta
hanya menitip sementara
Tentang bayang
pudar terlanjur jatuh dalam jiwa
Kini menjadi
simpul rasa saling mengikat
Antara kau
dan aku yang berbeda
Di sudut
alam tanpa benua, di negeri itu
Negeri kemesraan
kita, negeri bulan senja
Tak sedetikpun
rindu ini terlewatkan
Kau terus
memupukinya dengan rasa
Rasa yang
tak sanggup aku defenisikan
Mengalir seadanya
bagai jarum jam
Menjadikanku
ada, ada yang yang benar-benar hidup
Waktu selalu
menyediakan ruang
Ruang kehampaan,
hanya ada angan dan pikiran
Tentang kamu
yang aku perjuangkan dalam rindu
Mengisi titik-titik
ruang kosong
Menjadi gambar
serupa garis wajahmu
Yang abadi
dalam angan dan kehidupanku
Kau yang kusebut
senja bermata jingga
Jangan lewatkan
detik untuk tidak merindu
Karena waktuku
senantiasa cukup mendambakanmu
Jangan ganggu
rindu ini karena bagiku adalah anugerah
Sebab bosan
adalah sesat yang harus ditinggalkan
Sementara kamu
adalah ruang dan waktu itu
Jika semesta
menulis pada kertas putih
Ijinkan aku meminjam
namamu tertulis awal
Menceritakan
semua kisah kasihmu
Dan akan kuakhiri dengan cinta tanpa syarat
Lalu semesta
membubukan tanda restu lambang abadi
Kau dan aku
di setiap detik ada rindu dan cinta
Kutulis ini
tepat di halaman kamu bermain sepeda kala itu
Kala itu kau
tinggal di kota ini sewaktu kecil
Mungkinkah,
aku sekedar mengingatkan
Bahwa akan
ada seseorang yang akan menulis
Tentang kamu
yang pernah hidup di suatu masa
Dan aku,
mungkin suatu saat nanti....
Dapat menjadi
tinta kehidupanmu. Amin
Waikabubak,
26 Juli 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar