![]() |
Segala sesuatu indah di mata Tuhan, dibutuhkan pengorbanan untuk melengkapi karya karya agung |
Ada pandangan hidup dan filosofi bagi setiap
daerah, filosofi dapat menjadi bagian atau pegangan hidup masing-masing orang,
bisa juga dalam sebuah kelompok atau pun dalam masyarakat di suatu daerah yang
lebih luas. Kadang saya berpikir tentang makna dan arti keberadaan masing-masing
pribadi manakala keadaan yang menyertai setiap pribadi bukanlah akibat dari
keberadaan itu sendiri, artinya setiap kita diterpa oleh suatu keadaan yang membentuk
keadaan kita agar berdampak bagi orang lain membentuk pola pertahanan yang sama
menjadikan keadaan itu milik bersama. Dalam setiap perjumpaan ataupun kunjungan
kekeluargaan, terpotret dalam benak saya bayang-bayang masa silam tentang orang
palla ketika berjuang memperthankan hidup. Tidak ada literatur yang bisa
dijadikan dasar untuk menyelediki, untuk belajar dan mengetahui banyak hal
tentang palla. Sepintas saya takjub dan terpesona dengan keadaan alamnya yang
menantang, tanjakan bebatuan extrim, pohon-pohon besar yang rimbun. Di satu
sisi saya prihatin dan merasa berat ketika menyaksikan mereka berusaha
mempertahankan hidup dengan keadaan alam seperti itu.
Banyak dari kita sudah tahu bahkan sudah
pernah ke palla, palla adalah wilayah administrasi kecamatan Wewewa Utara,
salah satu kecamatan tertua dari di Kabupaten Sumba Barat Daya, artinya sebelum
pemekaran tahun 2007 kecematan ini sudah ada. Kecamatan Wewewa Utara kini
memiliki 12 desa yaitu : DESA PUU POTTO, DESA WEE PABOBA, DESA WEE NAMBA, DESA MATA LOKO, DESA WANNO
TALA, DESA MALI MADA, Mawo Maliti, Reda Wano, Pandua Tana, Djela Manu, Bodo
Ponda, Odi Paurata (Cat. Huruf kapital adalah desa induk, Huruf kecil
adalah desa hasil pemekaran tahun 2015). Palla salah satu wilayah yang unik,
mengapa saya katakan demikian karena hampir semua wilayah di kecamatan ini jarang
ditemui tempat datar, rata-rata wilayahnya berbukit dan bebatuan, “Bagai kerakap tumbuh di atas batu, mati segan hidup
tak mau”. Di samping letak geografisnya yang berat tidak menyulutkan niat
masyarakat untuk bekerja dan mempertahankan hidup. Hal yang tidak pernah saya
bayangkan daerah ini mampu menghasilkan hasil bumi yang bagus dan berkualitas
bahkan mampu megantar anak-anak mereka sekolah setinggi-tingginya. Hal demikian, tidak membuat warga berputus asa, mereka
menanam tanaman tahunan yang diharapkan akan mampu menopang kehidupan mereka
nantinya, pilihan mereka tentu saja komoditi kopi yang memang dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik di dataran tinggi. Masalahnya, untuk menanam kopi perlu
membuat lubang tanam terlebih dahulu, sementara untuk membuat lubang tanam di
lahan berbatu itu bukanlah hal yang mudah. Kalau hanya mengandalkan cangkul,
tidak mungkin membuat lubang tanam di lahan berbatu itu, akhirnya warga mulai
“mengakali”nya dengan membuat lubang tanam sekedarnya menggunakan linggis,
karena untuk menyingkirkan dan memindahkan batu-batu yang jumlahnya sangat
banyak itu, sangat mustahil. Ternyata kondisi alam yang keras, sekeras bebatuan
yang menutupi daerah itu meski diawalnya
menjadi kendala dan tantangan berat tapi lama kelamaan justru membawa berkah
bagi para masyarakat, bahkan sekarang sudah banyak warga lokal dari berbagai
daerah yang memilih untuk berusaha tani
di daerah ini. Tuhan telah menciptakan akal kepada semua manusia, hal inilah
yang benar-benar disadari oleh Palla, dengan akal pikiran, mereka mampu
“menaklukkan” kerasnya bebatuan dan mengubahnya menjadi lahan bertanam yang subur dan menjanjikan. Siapa sangka,
hamparan bebatuan yang terlihat kering dan gersang itu ternyata mampu berubah
menjadi lahan perkebunan yang subur dan menghasilkan tanaman berkualitas, tentu
semua itu tidak terjadi dengan tiba-tiba, perlu kesabaran dan kerja keras untuk
mewujudkan itu semua, dan itu sudah dibuktikan oleh masyarakat Palla, mereka
mampu “bertanam di atas batu”, sesuatu yang sepertinya mustahil, tapi dapat
dilihat dan dibuktikan keberadaannya.
Besarnya
manfaat tanah bagi kehidupan manusia itu, membuat manusia berlomba-lomba
mendapatkan tanah sebagai sumber kehidupannya. Sejak dahulu, secara
turun-temurun, manusia mewariskan tanah dengan luas tertentu kepada anak
keturunan mereka. Tanah itu bisa berupa lahan pertanian, perkebunan, hutan,
maupun lahan yang di atasnya berdiri rumah keluarga.Meski tanah banyak memberi
manfaat bagi manusia, namun tidak sedikit gara-gara tanah orang saling bunuh
membunuh. Sedikit saja batas tanah yang disengketakan diganggu,parang dan atau
tombak bicara. Berbagai kasus sengketa tanah di pengadilan juga terbilang
tinggi. Berita-berita terkait kasus itupun nyaris setiap waktu menghiasi media
cetak dan elektronik.
Sebagai
orang palla, secara pribadi saya merasa bangga dan banyak berterima kasih atas
segala perjuangan dan pengorbanan leluhur-leluhur terdahulu. Banyak orang palla
yang terbilang sukses dan berkarir disegala tempat. Ini semua bagian dari usaha
dan perjuangan yang tidak pernah mengenal lelah. Tidak berlebihan juga bila saya
katakan bahwa palla salah satu daerah yang sudah menyumbangkan salah satu
putera terbaiknya memimpin daerah ini sebagai wakil bupati, ini salah satu
prestasi yang besar, disamping itu palla juga telah menghasilkan putera-puteranya
duduk sebagai anggota dewan perwakilan rakyat baik di propinsi dan kabupaten. Semua
adalah usaha dan kerja keras masyarakat, bahwa semua tidak ada yang kebetulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar