Sabtu, 31 Desember 2016

CATATAN AKHIR TAHUN (REFLEKSI MALAM TUTUP TAHUN)

Photo by Joko Lalo, koleksi pribadi, lokasi depan kantor Dinas Kesehatan-Kadul-SBD


Perayaan tahun mencapai puncaknya Sabtu malam ini. Masyarakat dunia menyambut pergantian tahun dengan meniup trompet, menyalakan kembang api juga menyulut petasan. Ribuan manusia berkumpul di berbagai titik kota-kota besar dunia. Di sejumlah kota besar seperti Edinburgh, Sydney, Toronto, Tokyo, Moskwa, London, Berlin, Rio de Janeiro, Paris, dan New York City, malam tahun baru dirayakan dengan pesta bersama secara besar-besaran di lapangan terbuka. Berkumpul  guna menanti detik-detik pergantian tahun.  Tradisi pergantian tahun menjadi budaya semua bangsa di dunia. Semua merayakan. Bagi mereka malam tahun baru adalah moment penting yang kudu dirayakan. Demikian di tanah air, malam tahun baru dirayakan oleh yang muda, dewasa bahkan anak-anak. Kota-kota besar seperti Jakarta, Medan, Surabaya, Semarang, Bali, Palembang, Kupang dan lainnya menyelenggarakan pesta, menyambut datangnya tahun baru. Timbul tanya, apa tujuan perayaan tersebut? Sekadar berkumpul? Hanya hura-hura belaka? Atau ada tujuan lain yang lebih bersifat positif.
Untuk menjawab lebih jauh, perlu dipahami terlebih dahulu,  apa malam tahun baru itu? Dalam Wikipidia Bahasa Indonesia, malam tahun baru adalah petang hingga malam hari tanggal 31 Desember yang merupakan hari terakhir dalam tahun kalender Gregorian, sehari sebelum Tahun Baru. Dalam kebudayaan Barat, malam tahun baru dirayakan dengan pesta-pesta dan acara berkumpul bersama kerabat, teman, atau keluarga menanti saat pergantian tahun. Secara sepintas, tujuan perayaan tahun baru adalah menyaksikan detik-detik pergantian tahun. Meninggalkan tahun yang ada menuju tahun yang akan datang. Melepas 2016, menyambut 2017. Begitu kira-kira. Tapi apa sebatas itu? Tak ada makna lain? Tidak. Tentu ada arti lain bagi mereka yang memilki pemikiran lebih jauh dalam memahami, memknai setiap sesuatu. Memaknai tahun baru Menurut hemat saya, tahun baru   dimaknai sebagai bertambahnya usia. Seiring bergantinya tahun, sejatinya umur kita bertambah. Bertambahnya usia idealnya mematangkan kedewasaan baik dalam berpikir maupun bertindak. Cara berpikir, bertindak mestinya mencerminkan usia. Karenanya, hidup dimaknai sebagai proses pembelajaran. Manusia harus pandai memetik pelajaran dari pembelajaran tersebut. Sehingga mampu memperbaiki kehidupan mereka. Di sisi lain, bertambahnya usia berarti berkurangnya waktu hidup. Sebab itu, jangan pernah menyia-nyiakan hidup. Isilah kehidupan dengan sesuatu yang lebih bermakna. Kedua, momentum evaluasi diri. Perayaan tahun baru mengingatkan apa yang telah dilakukan. Maka mengevaluasi diri sepantasnya dilakukan. Mengevaluasi dengan menyadari segala kekurangan. Tahun ini harus lebih baik dari tahun sebelumnya. Jika tahun ini sama dengan sebelumnya berarti merugi. Kemudian jika tahun ini lebih buruk dari tahun sebelumnya maka tidak hanya merugi, tapi celaka. Mengevaluasi diri itu penting guna memperbaiki kehidupan. Dengan cara mengevaluasi diri kekurangan bisa diperbaiki di masa yang akan datang. Melalui evaluasi diri dapat diketahui apakah kita bisa mempergunakan waktu yang dianugrahkan atau tidak? menyusun program atau rencana. Hidup wajib direncanakan agar kehidupan sesuai dengan tujuan. Alasan ini menuntut hidup manusia agar bermanfaat bagi yang lain. Dan malam tahun baru dijadikan sebagai titik awal dalam putaran tahun. Maka susunlah rencana untuk tahun 2017 agar kehidupan lebih terarah. Hanya orang yang tidak berpikir logis yang tak melakukannya. Hidup mengalir, apa adanya bukan pilihan tepat. Salah kaprah namanya. Atau bentuk kepasrahan orang malas yang tak mau berusaha, bekerja.  Hidup sangat singkat. Apa kita mau menyia-nyiakannya? Tentu tidak. Menyusun rencana bermanfaat mempermudah mengantarkan pada kesuksesan, keberhasilan hidup. Memiliki rencana berarti hidup dengan alur yang telah ditentukan, diinginkan. Hidup pun menjadi jelas. Rencana hidup menentukan pilihan prioritas yang harus didahulukan. Dan dalam rencana juga dijelaskan kemampuan, bakat, kompetensi yang dimiliki oleh kita. Kemudian rencana pula memberi gambaran tantangan yang akan datang dengan memilih atau menentukan cara menghadapinya secara tepat. Kempat,menabur optimisme, menjemput harapan. Setiap orang memiliki harapan dalam hidup. Harapan itu selayaknya disongsong. Harapan tak akan datang dengan sendirinya. Harus ada usaha. Kudu dengan kerja keras. Ikhtiar adalah prasyarat datangnya apa yang diharapkan. Menyambut harapan diperlukan rasa optimisme. Optimisme adalah keyakinan atas segala sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan dan sikap selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal. Optimisme bercirikan memiliki keyakinan kuat, gembira, dan percaya diri akan hasil yang akan diraih di waktu mendatang. Kelima, menghadirkan semangat baru. Tahun baru harus menghadirkan semangat baru dalam meraih apa yang dicita-citakan. Semangat hidup memang senantiasa dijaga. Jangan sampai melemah, melempem. Semangat baru tak muncul begitu saja. Semangat baru butuh rangsangan. Program hidup, harapan di masa mendatang merupakan faktor penting dalam memompah semangat. Rasanya sulit bisa hidup lebih semangat jika tak ada harapan. Singkat kata, malam tahun baruan sah dilakukan. Hanya jangan hanya sekadar berkumpul, meniup trompet, menyalahkan kembang api, dugem, dansa, miras, peci merah, moke, bir, pawai sepanjang jalan dan menyulut petasan. Harus lebih dari itu. Kita dituntut memaknainya lebih berarti lagi. Mengevaluasi diri, menyusun rencana, menabur optimisme dan harapan, serta membangun semangat baru. Tahun 2017 menghadirkan semangat baru, rencana baru, optimisme baru, kemudian harapan baru, maka kesuksesan senantiasa menyertai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar