![]() |
Photo by Joko Lalo, koleksi pribadi, lokasi depan kantor Dinas Kesehatan-Kadul-SBD |
Perayaan
tahun mencapai puncaknya Sabtu malam ini. Masyarakat dunia menyambut pergantian
tahun dengan meniup trompet, menyalakan kembang api juga menyulut petasan.
Ribuan manusia berkumpul di berbagai titik kota-kota besar dunia. Di sejumlah kota
besar seperti Edinburgh, Sydney, Toronto, Tokyo, Moskwa, London, Berlin, Rio de
Janeiro, Paris, dan New York City, malam tahun baru dirayakan dengan pesta
bersama secara besar-besaran di lapangan terbuka. Berkumpul guna menanti
detik-detik pergantian tahun. Tradisi pergantian tahun menjadi budaya
semua bangsa di dunia. Semua merayakan. Bagi mereka malam tahun baru adalah
moment penting yang kudu dirayakan. Demikian di tanah air, malam tahun baru
dirayakan oleh yang muda, dewasa bahkan anak-anak. Kota-kota besar seperti
Jakarta, Medan, Surabaya, Semarang, Bali, Palembang, Kupang dan lainnya
menyelenggarakan pesta, menyambut datangnya tahun baru. Timbul tanya, apa
tujuan perayaan tersebut? Sekadar berkumpul? Hanya hura-hura belaka? Atau ada
tujuan lain yang lebih bersifat positif.
Untuk
menjawab lebih jauh, perlu dipahami terlebih dahulu, apa malam tahun baru
itu? Dalam Wikipidia Bahasa Indonesia, malam tahun baru adalah petang hingga
malam hari tanggal 31 Desember yang merupakan hari terakhir dalam tahun kalender
Gregorian, sehari sebelum Tahun Baru. Dalam kebudayaan Barat, malam tahun baru
dirayakan dengan pesta-pesta dan acara berkumpul bersama kerabat, teman, atau
keluarga menanti saat pergantian tahun. Secara sepintas, tujuan perayaan tahun
baru adalah menyaksikan detik-detik pergantian tahun. Meninggalkan tahun yang
ada menuju tahun yang akan datang. Melepas 2016, menyambut 2017. Begitu
kira-kira. Tapi apa sebatas itu? Tak ada makna lain? Tidak. Tentu ada arti lain
bagi mereka yang memilki pemikiran lebih jauh dalam memahami, memknai setiap
sesuatu. Memaknai tahun baru Menurut hemat saya, tahun baru dimaknai
sebagai bertambahnya usia. Seiring bergantinya tahun, sejatinya umur kita
bertambah. Bertambahnya usia idealnya mematangkan kedewasaan baik dalam
berpikir maupun bertindak. Cara berpikir, bertindak mestinya mencerminkan usia.
Karenanya, hidup dimaknai sebagai proses pembelajaran. Manusia harus pandai
memetik pelajaran dari pembelajaran tersebut. Sehingga mampu memperbaiki
kehidupan mereka. Di sisi lain, bertambahnya usia berarti berkurangnya waktu
hidup. Sebab itu, jangan pernah menyia-nyiakan hidup. Isilah kehidupan dengan
sesuatu yang lebih bermakna. Kedua, momentum evaluasi diri. Perayaan tahun baru
mengingatkan apa yang telah dilakukan. Maka mengevaluasi diri sepantasnya
dilakukan. Mengevaluasi dengan menyadari segala kekurangan. Tahun ini harus
lebih baik dari tahun sebelumnya. Jika tahun ini sama dengan sebelumnya berarti
merugi. Kemudian jika tahun ini lebih buruk dari tahun sebelumnya maka tidak
hanya merugi, tapi celaka. Mengevaluasi diri itu penting guna memperbaiki
kehidupan. Dengan cara mengevaluasi diri kekurangan bisa diperbaiki di masa
yang akan datang. Melalui evaluasi diri dapat diketahui apakah kita bisa
mempergunakan waktu yang dianugrahkan atau tidak? menyusun program atau
rencana. Hidup wajib direncanakan agar kehidupan sesuai dengan tujuan. Alasan
ini menuntut hidup manusia agar bermanfaat bagi yang lain. Dan malam tahun baru
dijadikan sebagai titik awal dalam putaran tahun. Maka susunlah rencana untuk
tahun 2017 agar kehidupan lebih terarah. Hanya orang yang tidak berpikir logis
yang tak melakukannya. Hidup mengalir, apa adanya bukan pilihan tepat. Salah
kaprah namanya. Atau bentuk kepasrahan orang malas yang tak mau berusaha,
bekerja. Hidup sangat singkat. Apa kita
mau menyia-nyiakannya? Tentu tidak. Menyusun rencana bermanfaat mempermudah mengantarkan
pada kesuksesan, keberhasilan hidup. Memiliki rencana berarti hidup dengan alur
yang telah ditentukan, diinginkan. Hidup pun menjadi jelas. Rencana hidup
menentukan pilihan prioritas yang harus didahulukan. Dan dalam rencana juga
dijelaskan kemampuan, bakat, kompetensi yang dimiliki oleh kita. Kemudian
rencana pula memberi gambaran tantangan yang akan datang dengan memilih atau
menentukan cara menghadapinya secara tepat. Kempat,menabur optimisme, menjemput
harapan. Setiap orang memiliki harapan dalam hidup. Harapan itu selayaknya
disongsong. Harapan tak akan datang dengan sendirinya. Harus ada usaha. Kudu
dengan kerja keras. Ikhtiar adalah prasyarat datangnya apa yang diharapkan.
Menyambut harapan diperlukan rasa optimisme. Optimisme adalah keyakinan atas
segala sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan dan sikap selalu mempunyai
harapan baik dalam segala hal. Optimisme bercirikan memiliki keyakinan kuat,
gembira, dan percaya diri akan hasil yang akan diraih di waktu mendatang.
Kelima, menghadirkan semangat baru. Tahun baru harus menghadirkan semangat baru
dalam meraih apa yang dicita-citakan. Semangat hidup memang senantiasa dijaga.
Jangan sampai melemah, melempem. Semangat baru tak muncul begitu saja. Semangat
baru butuh rangsangan. Program hidup, harapan di masa mendatang merupakan
faktor penting dalam memompah semangat. Rasanya sulit bisa hidup lebih semangat
jika tak ada harapan. Singkat kata, malam tahun baruan sah dilakukan. Hanya
jangan hanya sekadar berkumpul, meniup trompet, menyalahkan kembang api, dugem,
dansa, miras, peci merah, moke, bir, pawai sepanjang jalan dan menyulut petasan.
Harus lebih dari itu. Kita dituntut memaknainya lebih berarti lagi.
Mengevaluasi diri, menyusun rencana, menabur optimisme dan harapan, serta
membangun semangat baru. Tahun 2017 menghadirkan semangat baru, rencana baru, optimisme
baru, kemudian harapan baru, maka kesuksesan senantiasa menyertai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar