JALUR
PANTURA
PANTAI
YANG EKSOTIS DAN HAMPARAN BUKIT SABANA
Perjalanan panjang dan sangat
melelahkan, melewati lembah, hutan dan tanjakan, tikungan-tikungan yang tajam, menyelinap
berbagai jembatan indah yang bergelantungan serta selokan-selokan sawah yang wow
fantastinya. Jalur PANTURA (Pantai Utara)
terbentang mulai dari Malata hingga Sumba Timur. Panorama alam yang cantik
tertata begitu natural, berkelok-kelok namun sepadan menggeliat tatapan menembus
batas.
Indahnya pantai sepanjang perjalanan
benar-benar membuat hati dan pikiran tenang, di sisi lain terbentang
bukit-bukit indah yang luas, padang savana yang sangat memikat, menandakan
daerah ini sungguh surganya pulau sumba. Pantai ini masih teramat sangat
natural jauh dari kebisingan modern, halus dan lembut, indah dan berseri serta
menawan. Terlihat pantai-pantainya bersih tidak ada sampah-sampah modern berserakan
seperti kaleng-kaleng bekas, tisue-tissue bekas baik tissue basah maupun
kering, tidak ada jejek kaki yang begitu berarti selain bekas kaki hewan, pasir
putih yang memanjang seolah tanpa batas, rupanya pantai ini benar-benar masih
perawan.
Jalur pantura ini memiliki banyak
jembatan, jembatan besar dan kecil, artinya sepanjang jalur pantura banyak dilewati
kali-kali besar dan kecil, rata-rata kalinya berair jarang ditemukan kali kering
mungkin hanya beberapa saja. Jalur pantura ini kira-kira hanya 500 meter dari
bibir pantai.
Memasuki wilayah Sumba Tengah mulai dari
Mamboro hingga ke Lenang, disepanjang padang luas yang hanya berjarak 200 meter
dari pantai terdapat begitu banyak ternak yang dilepas bebas tanpa tali, baik
sapi, kerbau, kuda dan kambing.
Daerah ini juga jarang penduduknya, sepanjang
kami melewati hanya ada beberapa rumah warga yang kami temui. Daerah pantai
pada umumnya memliki cuaca yang panas karena ketinggian suatu tempat
berpengaruh terhadap suhu atau panas-dinginnya suatu daerah, semakin tinggi
suatu tempat maka akan semakin dingin suhunya, hal itu karena pengaruh tekanan
atmosfer yang ada di bumi. Hal itu pulalah yang meyebabkan daerah pantai lebih
panas dibanding daerah pegunungan.
Dilihat dari kapasitas air yang
begitu banyak, tak heran kami menemukan beberapa lembah yang disulap menjadi
hamparan sawah luas dan cantik, berbeda dengan seperti beberapa tempat di Wejewa-Sumba
Barat Daya kapasitas air juga banyak, tetapi kerana letak geografisnya tidak
mendukung berbukit-bukit dan bebatuan makanya susah diolah menjadi sawah. Sawah
sepanjang lembah ini layak dijadikan ikon kabupaten Sumba Tengah karena selain
datarannya luas dan rata yang tertata sangat teratur, terdapat selokan-selokan
yang sangat bagus bagaikan setapak jalan membentangi hamparan sawah yang luas.
Saya
pikir-pikir jumlah penduduk Sumba Tengah yang tidak sebanding dengan jumlah
penduduk SBD dalam hal kecukupan dan ketersediaan bahan pokok makanan seperti
beras jauh mengungguli SBD dan kabupaten lain di pulau Sumba.
Memasuki daerah lenang, kami harus
melewati bukit-bukit yang tinggi. Lenang berada didataran tinggi, bukit-bukit
yang menjulang, jalan yang berkelok-kelok dan membelah beberapa bukit. Bukit-bukit
indah dan eksotik ini terurai seperti anak tangga, rendah-sedang-tinggi dan
berkelompok-kelompok. Luar biasa pemandangan itu, begitu berarti karya ciptaan
Tuhan. Hanya orang munafik yang tidak mampu merasakan karya Agung itu. Ada sesuatu
yang menarik dan tidak ingin terlewatkan begitu saja, di atas ketinggian disatu
bukit terdapat 3 kayu Salib berdiri menghadap ke timur,sepertinya bukit ini
merupakan bukit tertinggi.
Sekitar kayu Salib itu terdapat beberapa batu yang
disusun segiempat sebagai tempat duduk. Bukit ini sengaja di pasang kayu Salib
karena lokasinya tinggi dan sebagai tempat memperingati kisah sengara Yesus
Kristus yang wafat di kayu Salib di atas bukit Golgota. Golgota pulau Sumba tepatnya
berada di Lenang. Memang diatas bukit ini kita dapat melihat hamparan dan
lembah secara keselurahan, lautan lepas yang bergeming-geming dan suara ombak yang
bergemuruh, cahaya kristal matahari diatas permukaan laut yang berkedip-kedip bagaikan
lampu jalan di tengah laut. Berada di atas ketinggian dan manyaksikan alam bebas
disekitaran lembah dan lautan benar-benar membawa kedamaian tersendiri dan
menyejukkan hati. Ahhh Tuhan betapa sempurna karya ciptaanMu.
Kami terus melaju karena masih banyak
moment yang harus dilewati, tidak jauh dari bukit itu memang banyak rumah
warga, rupanya lokasi ini adalah tempat pemukiman warga kira-kira ada 15 buah rumah.
Sampai di suatu tempat kami melihat ada sungai besar dan ditumbuhi beberapa pohon seperti pohon salak,
warna airnya kehijau-hijauan, tenang dan seram. Kami berniat ingin mengabadikan beberapa foto di sungai
itu, sepertinya perasaan kami tidak enak...kebetulan ada warga yang lewat, kami
berbincang dan bertanya-tanya sebentar, ternyata di sungai itu menurut warga ada
beberapa buaya yang hidup di situ, dengan parsaan takut yang menghampiri dan tak
kuasa mendengar cerita warga tadi, kami melanjutkan perjalanan kami. Kurang
lebih 5 Km sudah kami melaju akhirnya kami tiba disuatu pantai yang hamparan
pasirnya luas dan panjang. Ada beberapa pohon ketapang yang tumbuh dan beberapa pohon pinus berjejeran
sepanjang pantai. Kami putuskan untuk mengakhiri perjalanan kami di tempat itu.
Pantai ini luar biasa indahnya, pasir putih yang mamanjang hampir tak ada batas. Ombak yang tenang tidak seperti pantai-pantai yang
lain, suasana yang tenang dan memimak serta memanjakan perasaan. Selayaknya suasana pantai
seperti ini bila ditemani secangkir kopi akan terasa sangat sempurna hidup ini.
Memang ke-eksotikan pantai itu mampu menarik berbagai inspirasi dipadukan dengan
hembusan angin sepoi-sepoi, dicumbui resahan ombak dan disaksikan oleh serpihan
cahaya mentari yang gemerlap, diikuti bayang-bayang ilusi tentang cinta,
ditaburi filosofi cinta ombak dan pantai
: seperti ombak yang mendatangi pantai,
ombak yang dengan setia datang dan
membuat pasir pantai basah. Tentang ombak yang tidak pernah meninggalkan pantai. Tentang
pantai yang damai. Tentang pasir yang basah dan sejuk. Tentang angin yang
memengaruhi kekuatan ombak.
Sungguh pantas dan selayaknya..................
Demikian
kisah perjalanan menelusuri jalur pantura, begitu banyak hal-hal menarik yang
kami rasakan, kami benar-benar disambut dengan pantai yang eksotis dan hamparan
bukit-bukit indah. Ingin sekali mengulang perjalanan ini, jika tak ada aral
melintang kami akan ke sana lagi.
Salam
Mario
Marsan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar