Rabu, 28 Juni 2017

BERPELUK ANGAN




Sebelum senja bercengkrama rindu
Tepat di bibir pondasi merekat beton
Nelayan-nelayan samudera menepi sampan
Menebar jala menyapu lautan luas
Teruntuk rambu di seberang sana
Aku ingin merangkai rindu sebaris sajak-sajak
Berpeluk canda kemesraan bersama senja

Senja ini memerah anggun bayangmu
Serpihan halus cakrawala membias angan
Kulihat kau duduk di pelaminan senja
Menerawang lautan berkelip cahaya jalan
Rambut ikalmu terurai emas memanjang
Layaknya permaisuri singgasana senja
Bermeterai mahkota putri sang rindu

Di bangku beton dermaga waikelo
Tempat sedekah rindu ku sujud
Memandang jauh lautan senja
Terpantul lampu jalanan dipunggung laut
Seolah menuntunku berpantun canda angan
Membiarkan kau berlalu selimuti senja
Merasuki nikmat angan terbang melambung
Mengejar bayang di negeri leluhurmu

Suatu waktu di pulau seberang sana
Tempat bermandi jutaan ikan paus
Akan ada senja sehebat ini berteduh

Perahuku masih di tengah badai lautan
Mengarungi samudera lepas mengamuk
Lekas saat senja merekah merah gumawan
Perahuku berlabu tenang di pelabuhan Lewoleba
Kau menghampiriku seanggun putri Lewotana
Menuang arak pada gelas kehormatan
Dan mepersilahkanku minum pada jamuan senja

Dolo-dolo iringan khas tarian sakralmu
Menuntun jemari lentur membentuk lingkaran
Bintang malam seakan takut menghilang
Terang benderang di angkasa jauh
Leluhur tuan rumah duduk berdebat
Memuncak tanda akan dimulai
Tua adat berdiri membawa arak terbaik
Minumlah anak.... ini adalah pesta suka cita

Senja semakin hitam menyentuh malam
Aku terbangun oleh sentilan klakson truk
Raga ini masih duduk di bibir pondasi
Bayangku mulai pudar menemui arah
Gerombolan semut sedang berpesta pada gelas kopi
Ah, kemana anganku mengembara?
Dan tersadar aku lupa membawa dompet


Waikelo, 28 Juni 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar