Sebelum
senja bercengkrama rindu
Tepat di
bibir pondasi merekat beton
Nelayan-nelayan
samudera menepi sampan
Menebar jala
menyapu lautan luas
Teruntuk
rambu di seberang sana
Aku ingin
merangkai rindu sebaris sajak-sajak
Berpeluk
canda kemesraan bersama senja
Senja ini
memerah anggun bayangmu
Serpihan
halus cakrawala membias angan
Kulihat kau
duduk di pelaminan senja
Menerawang
lautan berkelip cahaya jalan
Rambut ikalmu
terurai emas memanjang
Layaknya permaisuri
singgasana senja
Bermeterai
mahkota putri sang rindu
Di bangku
beton dermaga waikelo
Tempat sedekah
rindu ku sujud
Memandang jauh
lautan senja
Terpantul lampu
jalanan dipunggung laut
Seolah
menuntunku berpantun canda angan
Membiarkan kau
berlalu selimuti senja
Merasuki
nikmat angan terbang melambung
Mengejar bayang
di negeri leluhurmu
Suatu waktu
di pulau seberang sana
Tempat bermandi
jutaan ikan paus
Akan ada senja
sehebat ini berteduh
Perahuku masih
di tengah badai lautan
Mengarungi samudera
lepas mengamuk
Lekas saat
senja merekah merah gumawan
Perahuku berlabu
tenang di pelabuhan Lewoleba
Kau menghampiriku
seanggun putri Lewotana
Menuang arak
pada gelas kehormatan
Dan mepersilahkanku
minum pada jamuan senja
Dolo-dolo
iringan khas tarian sakralmu
Menuntun jemari
lentur membentuk lingkaran
Bintang malam
seakan takut menghilang
Terang benderang
di angkasa jauh
Leluhur tuan
rumah duduk berdebat
Memuncak tanda
akan dimulai
Tua adat berdiri
membawa arak terbaik
Minumlah anak....
ini adalah pesta suka cita
Senja semakin
hitam menyentuh malam
Aku terbangun
oleh sentilan klakson truk
Raga ini masih
duduk di bibir pondasi
Bayangku mulai
pudar menemui arah
Gerombolan semut
sedang berpesta pada gelas kopi
Ah, kemana
anganku mengembara?
Dan tersadar
aku lupa membawa dompet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar