Minggu, 11 Juni 2017

JENDELA MARAPU




Hunian sakral berhembus sepoi, parai marapu membuka takdir
Puing rapuh terhempas badai, binatang darat hilir lenyap terkapar
Balita marapu mengemis gizi, ubi jalar kehilangan hujan.....mata air tersisa lubang menganga
Mesbah takbir bergeming sujud, roh leluhur pergi jauh malampoui batas
Musnah tak terurapi.........sarapan pagi, bekal perut sepanjang hari

Tuan leluhur megetuk pintu, mengibas tikar bekas sayatan, jerami padi penuh beserakan
Alang-alang bocor pertanda lapuk, mangkok kelapa tergeletak miring di sudut tiang
Periuk tanah nyaring kosong tak terisi, umbi-umbi dapur.....garam laut tak kelihatan
Rumah kosong tak bertuan, isak tangis nyaris terdengar lantas hilang membisu
Bale-bale bambu retak menyisahkan koyak, guratan rayap membekas rapi bak garis sepasang mistar

Goresan tangis membendung takdir, kehidupan leluhur menulis piluh
Semesta sedih menyeka larah, puing-puing belulang mengotori kintal
Guratan jaman kehilangan arah, persada sabana di tangan penjilat
Tembok sejarah terbentang batas, membatasi silam dan akan datang
Menulis awal dari lampau, membuka “yang akan” menyongsong lembaran baru tanah marapu

Fajar silam tak mengubah fajar kini, selalu sama sepanjang masa
Peradaban menyisahkan makna lampau, tangisan marapu tidak berbuah senyum
Bermimpi manis meninggalkan angan silam, leluhur marapu bercerita utang turunan
Kehidupan terbenam menyongsong terbit, selalu buruk tertidur lelap membekas mimpi
Omong kosong petuah takdir tanpa makna dan rasa berserah jika ingin memulai

Jendela Marapu.....lorong kehidupan tentang lampau dan kini
Tak mengubah terbit pun terbenam
Menulis sejarah, selalu ikhlas dan senantiasa bijak
Kendati cakrawala berganti tuan, lantas alam berubah bentuk, marapu telah menulis
“ceritakan pada keturunan tentang tuanmu, tuanmu tidak akan pernah meninggalkan hambanya”
Dari Jendela Marapu suara itu mengubah segala-galanya.
Jendela Marapu....Lorong Waktu sepanjang Masa.

Waikabubak, 26 April 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar