Rabu, 28 Juni 2017

DARI BALIK JENDELA KAMAR




Malam yang pekat diguyon semilir udara dingin
Dari balik jendela kamar tua
Aku menengok jauh langit berbintang
Jutaan bintang berkelip bagai metropolitan
Terang menawan mengusir kesunyian malam

Sedikit tanya dalam hati tentang risau
Tentang kabarmu yang putus
Sedang apa kamu di pulau sana malam ini?
Hatiku gelisah menunggu candamu yang hilang
Penuh tanya yang sulit kupecahkan
Malam ini dan malam sebelumnya selalu sepi

Aku terjaga pada kedua ponsel genggamku
Menghitung jam demi jam berlalu
Pesanku belum juga dibaca
Hatiku benar-benar kalut
Pikiran menerawang hampa
Sesekali aku melirik
Ponselku belum juga berdering

Jam dinding menunjukkan pukul 22:42 malam
Perasaanku semakin guyar tak menentu
Apa yang terjadi dengan dirimu?
Kamu tak ingin aku mengetahui perasaanmu?
Ataukah kamu sengaja membiarkanku tidur tak nyenyak?

Aku putuskan menunggu kabarmu hingga mentari
Segera kubuat kopi paling pahit
Agar aku senantisa terjaga sepanjang malam

Di atas meja kerjaku berada subuah laptop tua
Mungkin ini cara terbaik terbesit
Melupakan kegalauan sementara waktu
Kutulis gelisah ini dalam sajak kekuatiran
Dan berharap sauatu saat nanti tanpa terduga
Kamu dapat membacanya sambil tersipu senyum

Seduhan kopi pahit kuteguk perlahan
Kurasakan hangat mengalir dalam tubuh
Luas cakrawala pikir menuntun otak
Merangkai kata-kata sebaris kalimat nikmat
Jemariku menari lincah di atas tuts laptop
Gelisahku seakan terhapus oleh sajak-sajak tercipta

Oh malam penat semakin nyaman terlupakan
Sentuhan sajak-sajak mengobati pilur lara
Perlahan hilang oleh baris demi baris puisi
Terhanyut bagai dihipnotis luapan magic sastra
Bernyanyi merdu dalam hati kedamaian

Gelas kopiku tak kunjung habis
Kukecup senikmat mungkin...

Kring bunyi ponsel berdering
Aku menoleh sebentar
Namun hatiku tetap menikmat sajak
Kubiarkan sesaat temani damaiku
Aku tahu kamu satu-satunya pemilik nada itu

Lambang hijau kugeser tanda menerima
Suara indah menyapaku dengan halus
Selamat malam sayangku....

Malam ini dari balik jendela kamar
Aku menyaksikan kesakralan sajak-sajak
Menyentuh hatimu dengan santun
Sambil berbisik hubungi kabarnya malam ini

Kini aku sadar dan yakin
Puisi adalah bahasa jiwa tak terucap
Teduh membesarkan jiwa yang rapuh
Sebab kamu yang jauh di seberang sana
Merasakan nikmat aura sajak-sajak ini

Aku mencintamu dalam setiap puisiku

Tambolaka, 29 Juni 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar