Senin, 26 Juni 2017

KUDA MALANG



Sadarlah hidup itu serapuh kertas buram
Dikoyak remuk membekas goresan
Tertuang sepasang tinta hitam biru ibarat pilihan
Maju melangkah atau mundur ke belakang

Bagai seekor kuda malang pada belantara kehidupan
Terlukis sketsa wajah dunia bak alam tak berwujud
Siang menjelang malam di bawah atap langit
Menuntaskan pilihan takdir merunduk atau menengadah

Merunduk bagaikan kesiagaan langkah semakin maju
Maka biru samudera kehidupan menuntun langkah tetap yakin
Menengadah bagaikan goyah langkah semakin mundur
Maka hitam pekat kehidupan fana menyimpan duka selamanya

Tidak tentang biru adalah tinta kehidupan
Tidak pula tentang hitam adalah tinta kefanaan
Jika hitam kau berani mengambil hikmah dan syukur
Maka biru samudera itu tetap nampak di angkasa malam

Layaknya kuda malang sesekali menengadah tanda syukur pada semesta
Terhimpit karang dan gersang badai kehidupan pun tak akan pernah mematikan
Senantiasa merunduk menjejaki hidup tanpa takut
Karena takdir bukanlah malapetaka kehidupan yang naif
Sebab perjuangan tak ubahnya dengan takdir sejalan beriringan

Tengoklah kuda malang itu di hamparan samudera
Sendiri maju menuntaskan perkara hidup
Ada hitam biru menderu dalam kehampaan
Namun ia sanantisa merunduk dengan kerendahan hatinya

Bila itu hitam maka bersyukurlah bahwa akan ada hikmah
Karena biru pun tetaplah perjuangan dan bukanlah akhir dari peziarahan

Tambolaka, 26 Juni 2017







Tidak ada komentar:

Posting Komentar