Minggu, 11 Juni 2017

TANGISAN ANAK MARAPU




Getar suara takdir mencekam, meruak-ruak ruang marapu
Detak jantung melambat, menikam pedih bayi leluhur
Denyut nadi melemah, membelenggu mahkota rahim
Isak tangis anak marapu, menyumbat napas kehidupan
Sebongkah luka nanah membusuk di sekujur tubuh
Bilur-bilur perih, penyakit dan lapar terbungkus rapi terbawa tidur
Tergeletak mangkok tempurung di atas bale-bale bambu
Mangkok warisan leluhur tempat susu ibu diperah

Anak marapu merayu hidup di bawah terik matahari
Mengukir kisah pahit di setiap sudut kebun warisan
Menebar senyum lugu menutupi aib kedengkian jaman
Meninggalkan jejak langkah telapak kosong di atas kerikil tajam
Menyibak nyamuk dengan tangan berlumur lumpur
Membekas kotor pada wajah penuh kepolosan
Perut kosong mengemis makanan, tak kuasa berteman lapar
Periuk tanah dan panci dapur enggan tersisi makanan

Tetesan keringat basahi tubuh wanita tua
Lesu berjalan menjunjung sayur hasil kebun leluhur
Bongkok tubuhnya memikul berat dan beban kehidupan
Menyimpan panen di atas bale-bale bambu
Duduk menghampiri si buah hati di sudut tiang rumah
Menyeka ingus meleleh, dari rongga hidung sang anak
Merangkul erat anak marapu, memeluk kehampaan takdir kehidupan
Getar seluruh tubuh wanita tua, mersakan piluh buah tubuhnya

Hari-hari berlalu tanpa damai dan goresan bahagia
Duka batin merasuki sendi kehidupan anak marapu   
Puing-puing derita bersatu erat marajut isak tangis
Kelaparan dan penyakit jalan beriringan menuju gizi buruk
Tangisan anak marapu habis lenyap terbawa angin tanpa solusi
Raja kedengkian memberi batas pada ruang gerak anak leluhur
Terpenjara di tanah moyang, kenyang sampah oleh mesin kebejatan
Nasib anak marapu menjadi babu di tanah marapu

Duhai duri penyuntik modal, adakah engkau memiliki hati?
Jeritan babumu sakit tertusuk duri, tanah leluhur tinggal sejengkal
Wahai kau waham kebesaran, apakah pikiranmu dikuasi rupiah?
Sehingga asasi anak leluhur kau perjual belikan, demi dalil kemanusiaan?
Sungguh busuk hatimu lebih busuk dari luka nanah anak marapu
Cukuplah kelicikan itu membodohi anak marapu
Mereka manusia biasa layaknya engkau  menangis sebagai manusia
Karena tangisan anak marapu adalah hadiah istimewa yang kau persembahkan di akhirat kelak.

Tambolaka, 04 Maret 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar